Hari ini merupakan hari yang berat karena masih ada rasa capek bekas kemaren field trip. Saya sampai rumah kurang lebih jam 8 malam karena macet juga. Jujur, saya kurang puas dengan field trip kemaren karena beberapa faktor namun tetap saja saya akan mengerjakan tugas setelah field trip tersebut :')
Untuk sesi pertama saya akan meringkas ulang mengenai Eksistensialisme Menurut Kirkegaard yang tadi dijelaskan oleh Pak Raja.
Eksistensialisme Menurut Kirkegaard
Eksistensialisme berasal dari kata ex (keluar) dan sistentia (berdiri) sehingga manusia bereksistensi adalah manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari dirinya.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pokok utamanya adalah manusia dan cara beradanya yang khas di tengah makhluk lainnya.
Eksistensialisme dari segi isi bukan satu kesatuan tapi lebih merupakan gaya berfilsafat.
Beberapa tokoh filsafat yang menganut gaya eksistensialisme seperti:
- Kierkegaard
- Edmund Husserl
- Martin heidegger
- Gabriel Marcel
- Jean Paul Sartre
- Motif pokok adalah eksistensi, cara manusa berada. Hanya manusia bereksistensi.
- Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan diri secara aktif, berbuat, menjad, merencanakan.
- Manusia dipandang terbuka, belum selesai. Manusia terikat pada dunia sekitarnya, khususnya pada sesamanya.
- Memberi penekanan pada pengalaman konkrit.
Siapa itu Kierkegaard?
-Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark pada 15 Mei 1813.
-Ia belajar teologi di Universitas Kopenhagen, namun tidak selesai.
-Saat ibu dan ayahnya meninggal, ia mengalami krisis.
-Ia sempat menjauh dari teman dan agamanya.
-Sempat bertunangan dengan Regina Olsen namun tidak jadi menikah.
-Pada 1849, ia kembali ke agamanya (kristen).
-Meninggal pada 1855 sebagai orang religius dan dipandang sebagai tokoh di gerejanya.
-Ia juga dikebal sebagai bapak eksistensialisme, aliran filsafat yang berkembang 50 tahun setelah kematiannya.
Pokok ajaran Kierkegaard:
- Eksistensi berarti merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
- Hanya manusia bereksistensi
- Manusia pada umumnya tidak ada
Tiga cara bereksistensi:
- Sikap estetis: merengguh sebanyak mungkin kenikmatan, yang dikuasai oleh perasaan. Cara hidup yang amat bebas.
- Sikap etis: sikap menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah pada hidupnya. Manusia mengakui kelemahannya tapi belum melihat cara mengatasinya.
- Sikap religius: berhadapan dengan Tuhan, manusia sendirian. Percaya model Allah hadir dimana-mana.
Menurut Kierkegaard, "percaya itu sama dengan menjadi": disini dan kini manusia percaya dan menentukan bagaimana dia akan ada secara abadi. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yang pasif, atau sebagai pemain/individu yang menentukan sendiri eksistensinya dengan mengisi kebebasannya.
Untuk sesi kedua saya akan meringkas mengenai Eksistensialisme menurut Jean Paul Sartre yang seharusnya dijelaskan oleh Pak Mikha, namun karena beliau sedang sakit maka diganti oleh Pak Carolus.
Eksistensialisme Menurut Sartre
Siapa itu Sartre?
-Beliau lahir di Paris, 16 Juli 1905
-Pada tahun 1929 ia menjadi seorang guru
-Pada tahun 1931-1936 ia menjadi dosen di Le Havre
-Pada tahun 1941 ia menjadi tawanan perang
-Pada tahun 1942-1944 ia menjadi dosen Loycee Pasteur
-Ia banyak menulis tentang filsafat dan sastra
-Ia dipengaruhi oleh Husserl dan Heidegger
Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri. Keberadaan manusia berbeda dengan keberadaan benda lain yang tidak punya kesadaran.
Untuk manusia eksistensi adalah keterbukaan, beda dengan benda lain yang keberadaannya sekaligus berarti esensinya. Bagi manusia eksistensi mendahului esensi.
Asas pertama untuk memahami manusia harus mendekatinya sebagai subjektivitas.
Apapun makna yang diberikan pada eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggung jawab.
Berada dalam diri:
Berada an sich, berada dalam dirinya, berada itu sendiri. Misalnya meja itu meja bukan kursi. Bagi Sartre, benda yang berada dalam diri itu memuakkan.
Berada untuk diri:
Berada yang dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Manusia punya hubungan dengan keberadaannya dan bertanggung jawab atas fakta bahwa ia ada. Misalnya manusia bertanggung jawab bahwa ia dosen atau pegawai.
Beberapa kenyataan yang mengurangi penghayatan kebebasan:
Untuk sesi kedua saya akan meringkas mengenai Eksistensialisme menurut Jean Paul Sartre yang seharusnya dijelaskan oleh Pak Mikha, namun karena beliau sedang sakit maka diganti oleh Pak Carolus.
Eksistensialisme Menurut Sartre
Siapa itu Sartre?
-Beliau lahir di Paris, 16 Juli 1905
-Pada tahun 1929 ia menjadi seorang guru
-Pada tahun 1931-1936 ia menjadi dosen di Le Havre
-Pada tahun 1941 ia menjadi tawanan perang
-Pada tahun 1942-1944 ia menjadi dosen Loycee Pasteur
-Ia banyak menulis tentang filsafat dan sastra
-Ia dipengaruhi oleh Husserl dan Heidegger
Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri. Keberadaan manusia berbeda dengan keberadaan benda lain yang tidak punya kesadaran.
Untuk manusia eksistensi adalah keterbukaan, beda dengan benda lain yang keberadaannya sekaligus berarti esensinya. Bagi manusia eksistensi mendahului esensi.
Asas pertama untuk memahami manusia harus mendekatinya sebagai subjektivitas.
Apapun makna yang diberikan pada eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggung jawab.
Berada dalam diri:
Berada an sich, berada dalam dirinya, berada itu sendiri. Misalnya meja itu meja bukan kursi. Bagi Sartre, benda yang berada dalam diri itu memuakkan.
Berada untuk diri:
Berada yang dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Manusia punya hubungan dengan keberadaannya dan bertanggung jawab atas fakta bahwa ia ada. Misalnya manusia bertanggung jawab bahwa ia dosen atau pegawai.
Beberapa kenyataan yang mengurangi penghayatan kebebasan:
- Tempat kita berada: situasi yang memberi struktur pada kita tapi juga kita beri struktur
- Masa lalu: tidak mungkin meniadakannya karena masa lalu menjadikan kita sebagaimana kita sekarang ini
- Lingkungan sekitar: kenyataan adanya sesama manusia sebagai eksistensinya sendiri
- Maut: tidak bisa ditunggu saat tibanya walaupun pasti akan tiba
Komunikasi:
suatu hal yang apriori tak mungkin tanpa adanya sengketa, karena setiap kali orang menemui orang lain pada akhirnya akan terjadi saling objektifikasi.
Cinta:
bentuk hubungan keinginan saling memiliki. Cinta bersifat sengketa karena objektifikasi yang tak terhindarkan.
Sumber: Slide dari Dosen.
faleria blog nya keren bgt. 95 yah buat design nya
ReplyDelete