Tuesday, November 11, 2014

Seks Bebas pada Remaja Akhir
     Seks merupakan kebutuhan primer setiap individu. Seseorang dianggap “siap” untuk berhubungan seks dengan orang lain setelah mengalami masa pubertas. Saat memasuki masa pubertas, seorang remaja akan mulai merasa tertarik terhadap lawan jenisnya. Pengawasan yang kurang dari orangtua dapat membuat para remaja terjerumus dalam pergaulan seks bebas.
     Sekarang ini, sangat mudah untuk mendapatkan alat-alat kontrasepsi pencegah kehamilan dimana-mana (Sarwono, 2008). Hal ini semakin mendorong para remaja untuk melakukan seks bebas yang sangat berbahaya. Penyakit-penyakit menular seksual akan menular dari satu remaja ke remaja lainnya dan dapat menyebabkan kematian. Selain itu, akan banyak aborsi yang dilakukan untuk menggugurkan kandungan akibat seks bebas.
     Taufik dan Anganthi (2005) melakukan penelitian terhadap remaja-remaja SMU kelas 3 di Surakarta yang sebagian besar telah memasuki usia 17 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa dari 611 siswa, 139 siswa telah berhubungan seks. Sedangkan dari 639 siswi, 25 siswi telah berhubungan seks. Soejoeti (2001) melakukan penelitian terhadap siswa-siswi SLTA di Bali. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 27% siswa telah melakukan hubungan seks dan 18% siswi telah melakukan hubungan seks.

Pengertian Seks Bebas
     Noor mengatakan bahwa perilaku seks bebas merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan resmi menurut hukum maupun agama dan kepercayaan masing-masing individu (Taufik & Anganthi, 2005).
    
Pengertian Remaja Akhir
     Menurut Hurlock, masa remaja akhir bermula dari usia enam belas atau tujuh belas tahun sampai dengan delapan belas tahun (Rukhiyat, 2002). Menurut World Health Organization, batas usia remaja akhir adalah umur 15-20 tahun (Sarwono, 2008).
     Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rentang usia remaja akhir yaitu mulai dari usia 17-20 tahun.

Faktor Penyebab Seks Bebas
     Faktor dalam diri. Taufik dan Anganthi (2005) mengatakan bahwa faktor penyebab seks bebas, yaitu (a) perasaan kedekatan atau cinta, (b) gairah yang tinggi kepada pasangannya, dan (c) rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui.
     Sarwono (2008) mengatakan bahwa penyebab seks bebas, yaitu (a) perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin; (b) merosotnya kepercayaan pada agama membuat seseorang menentang norma agama yang tidak membolehkan seks pranikah; (c) cita diri yang menyangkut keadaan tubuh (body images), dan (d) kontrol diri.
     Sigmund Freud mengatakan bahwa dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia remaja (Taufik & Anganthi, 2005). 
     Soekanto mengatakan bahwa terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks bebas (Taufik & Anganthi, 2005). 
     Faktor lingkungan. Sanderowitz dan Paxman mengatakan hal-hal yang mempengaruhi perilaku seks remaja, yaitu (a) rendahnya pendapatan, (b) rendahnya taraf pendidikan, (c) besarnya jumlah keluarga, dan (d) rendahnya nilai agama di masyarakat yang bersangkutan (Sarwono, 2008).
     Sarwono (2008) mengatakan faktor eksternal penyebab seks bebas, yaitu (a) orang tua yang membuat jarak dengan anak dalam masalah seks, (b) kampanye Keluarga Berencana (KB) yang mengedarkan alat-alat kontrasepsi dimana-mana sehingga semakin mendorong para remaja untuk melakukan seks pranikah, (c) pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam kalangan masyarakat, dan (d) penundaan usia perkawinan.
     Sudhana mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya seks bebas adalah faktor lingkungan yang sangat dominan dan film porno (Soejoeti, 2001).
     Masland dan Estridge (1988/2004) mengatakan bahwa seks bebas terjadi akibat pengaruh dari obat-obatan dan minuman keras yang menyebabkan hilangnya kesadaran.

Dampak Seks Bebas
     Dampak biologis. Seks bebas mengakibatkan terganggunya kesehatan, risiko kehamilan, dan kematian bayi yang tinggi (Sarwono, 2008). Menurut Soejoeti (2001), seks bebas mengakibatkan penularan PMS, kehamilan pranikah, dan pengguguran kandungan.
     Dampak psikis. Seks bebas dapat menyebabkan seorang remaja mengalami perasaan bersalah, depresi, marah, misalnya pada remaja perempuan yang terpaksa menggugurkan kandungannya (Simkins dikutip dalam Sarwono, 2008). Menurut Taufik dan Anganthi (2005), seks bebas mengakibatkan remaja perempuan merasa kotor, haram, dan berdosa.
     Dampak sosial. Seks bebas dapat membuat seseorang putus sekolah dan akibat-akibat ekonomis karena dibutuhkan biaya perawatan dan sebagainya (Sanderowitz & Paxman dikutip dalam Sarwono, 2008).
    
Solusi
     Solusi dalam mencegah perbuatan seks bebas pada remaja, yaitu (a) meningkatkan peran orangtua dan guru sebagai sumber informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja, (b) menjalin kerjasama dengan stasiun radio maupun televisi untuk membuat program acara berisi informasi tentang kesehatan reproduksi remaja, dan (c) meningkatkan kegiatan ibadah (Taufik & Anganthi, 2005).
     Soejoeti (2001) mengatakan solusi untuk mencegah seks bebas, yaitu (a) orangtua yang meningkatkan kewaspadaan terhadap anaknya dan memberi pendidikan seks, (b) pembinaan dari para alim ulama dan tokoh masyarakat yang lebih tinggi, (c) menambah kegiatan positif di luar sekolah, (d) perlu dikembangkannya model pembinaan remaja, dan (e) perlu adanya wadah untuk menampung permasalahan reproduksi remaja yang sesuai kebutuhannya.

Simpulan
     Simpulan yang dapat ditarik yaitu seks bebas merupakan perbuatan yang merugikan dan tidak pantas untuk dilakukan sebelum menikah. Seks bebas terjadi akibat kurangnya pengawasan orangtua, pergaulan yang terlalu bebas, kurangnya keyakinan pada agama, media elektronik seperti internet yang menyajikan situs porno, dan beredarnya alat kontrasepsi dimana-mana. Seks bebas berdampak buruk pada remaja seperti penularan PMS, kehamilan di luar nikah, aborsi, depresi, dan perasaan bersalah yang dapat mengakibatkan seseorang untuk bunuh diri.


DAFTAR PUSTAKA
Indrastuti, O., & Rustam, A. (2009). Religiusitas dan sikap terhadap perilaku seks bebas. Jurnal Psikologi Proyeksi, 4(2), 1-14. Diunduh dari http://fpsi.unissula.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=151&Itemid=129.
Masland, R. P., & Estridge, D. (Eds.). (2004). Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks (M. T. Windy, Penerj.). Jakarta: Bumi Aksara. (Karya asli diterbitkan pada 1988)
Rukhiyat, A. (2002). Mengidealkan sistem edukasi di sekolah menghadapi maraknya pornografi. Jakarta: Uhamka Press.
Sarwono, S. W. (2008). Psikologi remaja. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Taufik. & Anganthi, N. R. N. (2005). Seksualitas remaja: Perbedaan seksualitas antara remaja yang tidak melakukan hubungan seksual dan remaja yang melakukan hubungan seksual. Jurnal Penelitian Humaniora, 6(2), 115-129. Diunduh dari http://www.academia.edu/3788869/jurnal_SEKSUALITAS_REMAJA_PERBEDAAN_SEKSUALITAS_ANTARA_REMAJA_YANG_TIDAK_MELAKUKAN_HUBUNGAN_SEKSUAL_DAN_REMAJA_YANG_MELAKUKAN_HUBUNGAN_SEKSUAL.


Wednesday, November 5, 2014

Pornografi pada Remaja
Definisi Pornografi
     Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi (KBBI, 2014).
     Ernst dan Seagle. Ernst dan Seagle mengemukakan “pornography is any matter odd thing exhibiting or visually representing person or animals performing the sexual act, whatever normal or abnormal.” Pornografi berarti perbuatan seksual oleh manusia ataupun hewan, baik yang dilakukan secara normal maupun abnormal (Laws, 2014).

Definisi Remaja
     Kamus Besar Bahasa Indonesia. Remaja adalah orang yang mulai dewasa dan sudah sampai umur untuk kawin (KBBI, 2014).
     Bigner. Masa remaja diawali saat usia 13-16 tahun dan berakhir saat usia 16-20 tahun (Pratiwi, 2005).
     Monks. Masa remaja diawali saat usia 12-15 tahun dan berakhir saat usia 18-21 tahun (Pratiwi, 2005).

Jenis-Jenis Pornografi
     Jenis-jenis pornografi yang menonjol akhir-akhir ini, yaitu (a) tulisan, berupa majalah, buku, koran, dan bentuk tulisan lainnya; (b) produk elektronik, misalnya kaset video, VCD, DVD, dan laser disc; (c) gambar-gambar bergerak misalnya hard-r; (d) program TV dan TV cable; (e) cyber-porn melalui internet; dan (f) audio-porn, misalnya berporno melalui telepon yang juga sedang marak dimuat di koran-koran maupun tabloid akhir-akhir ini (Suara pembaruan daily dikutip dalam Borrong, 2014).

Penyebab Pornografi pada Remaja
     Penyebab utama. Tingkat perkembangan remaja yang ingin menemukan jati dirinya, yaitu (a) perkembangan biologis seperti kematangan alat reproduksi, (b) perkembangan psikologis, dan (c) perkembangan sosial yang lebih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar para remaja (Muslim, Siregar, & Hariyanti, 2014).
     Penyebab tambahan. Menurut para remaja, yaitu (a) keberadaan dan ketersediaan fasilitas yang mendukung, seperti warnet yang memberikan sajian situs porno yang dapat dinikmati dengan biaya murah dan aman; (b) kurangnya perhatian dan ketegasan hukum, seperti aparat pemerintah setempat yang kurang tegas terhadap para pengusaha warnet yang memberi layanan situs porno; dan (c) minimnya pengetahuan agama yang dimiliki para remaja (Muslim et al., 2014).
     Menurut orang dewasa, Setyawan (2004) mengatakan bahwa media massa membuat seseorang ternodai pikirannya. Ia mengemukakan bahwa:
Kalau ini diakui, jelas bahwa sensualitas dan seks digunakan sebagai daya tarik yang efektif untuk mempromosikan kepentingan ekonomis (laba penjualan). Tidak banyak film yang dianggap bagus atau secara faktual layak jual dan laris jika tidak melibatkan erotisme ataupun seks. (h. 86)

Dampak Pornografi pada Remaja
     Faktor biologis. Pornografi dapat merusak lima bagian otak terutama lobus frontal yang tepat berada di belakang dahi. Kerusakan fungsi otak tersebut mengakibatkan penurunan kemampuan belajar dan pengambilan keputusan yang menjadi keunggulan manusia sebagai agen perubahan transformasi sosial (Risman dikutip dalam “Dampak pornografi melebihi bahaya narkoba”, 2014).
     Faktor sosial. Pornografi dapat mengakibatkan seseorang untuk menerima ajakan seksual yang tidak diinginkan. Para remaja dapat terprovokasi untuk bertemu dengan seseorang yang tak dikenal, berbicara maupun menjawab  pertanyaan seksual, atau diminta untuk melakukan foto seksual (Wolak et al. dikutip dalam Haryanto, 2010).

Solusi
     Solusi bagi orangtua dalam upaya mencegah pornografi yang dilakukan anak, yaitu (a) memberikan pendidikan seks kepada anak, (b) memberikan pengertian bahwa mengakses video atau gambar tidak pantas merupakan hal yang dilarang agama, (c) memberikan pengarahan bahwa melakukan seks diluar nikah dapat mengakibatkan penyebaran penyakit berbahaya, dan (d) memberikan pengertian pada anak untuk tidak mencontoh perbuatan buruk yang dilihat atau dilakukan artis idolanya (Haryanto, 2010).

Kesimpulan
     Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu pornografi adalah tindakan melihat gambar maupun video yang dapat membangkitkan nafsu seksual. Pornografi dilakukan akibat adanya rasa penasaran dalam diri para remaja, faktor ajakan dari teman, maupun ketersediaan situs porno (virus) yang sering muncul di web-web tertentu.
     Ketegasan yang kurang dari pemerintah membuat para pelaku kejahatan dapat dengan mudah menyebar foto dan video pornografi di web yang sering diunduh para remaja. Perhatian orangtua terhadap anak terutama anak remajanya, juga sangat dibutuhkan demi mencegah para remaja terjerumus dalam hal-hal negatif.











REFERENCE
Borrong, R. P. (2014). Pornografi. Diunduh dari http://artikel.sabda.org/pornografi.
Dampak pornografi melebihi bahaya narkoba. (2012). Diunduh dari http://sodoel.wen.ru/dampak-pornografi-melebihi-bahaya-narkoba.html.
Haryanto. (2010, 24 Juli). Remaja dan pornografi internet. Diunduh dari http://belajarpsikologi.com/remaja-dan-pornografi-internet/.
Haryanto. (2010, 9 September). Tips mencegah anak dari video porno (tips untuk orang tua). Diunduh dari http://belajarpsikologi.com/tips-mencegah-anak-dari-video-porno-tips-untuk-orang-tua/.
Kamus bahasa Indonesia online. (2014). Pengertian pornografi. Diunduh dari http://kamusbahasaindonesia.org/pornografi#ixzz3HyUMp5xS.
Kamus bahasa Indonesia online. (2014). Pengertian remaja. Diunduh dari  http://kamusbahasaindonesia.org/remaja#ixzz3HyUhl4AW.
Laws, F. (2014, 7 Maret). Pengertian pornografi menurut para ahli dan undang-undang. Diunduh dari http://fhey-laws.blogspot.com/2014/03/pengertian-pornografi-menurut-para-ahli.html.
Muslim, A., Siregar, F. S., & Hariyanti, D. (2014). Situs porno ancaman pada etika generasi muda. Diunduh dari http://directory.umm.ac.id/penelitian/PKMI/pdf/SITUS%20PORNO%20ANCAMAN%20PADA%20ETIKA%20GENERASI%20MUDA.pdf.
Pratiwi, N. (2005). Karena tabu harus tahu: Seputar seksualitas remaja. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.

Setyawan, A. (2004). Seks gadis?: Memahami seks membuktikan cinta. Yogyakarta: Galang Press.

Friday, October 3, 2014

DAY 10 (Jumat, 3 Oktober 2014)

Hari ini merupakan hari yang berat karena masih ada rasa capek bekas kemaren field trip. Saya sampai rumah kurang lebih jam 8 malam karena macet juga. Jujur, saya kurang puas dengan field trip kemaren karena beberapa faktor namun tetap saja saya akan mengerjakan tugas setelah field trip tersebut :')

Untuk sesi pertama saya akan meringkas ulang mengenai Eksistensialisme Menurut Kirkegaard yang tadi dijelaskan oleh Pak Raja.

Eksistensialisme Menurut Kirkegaard

Eksistensialisme berasal dari kata ex (keluar) dan sistentia (berdiri) sehingga manusia bereksistensi adalah manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari dirinya.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pokok utamanya adalah manusia dan cara beradanya yang khas di tengah makhluk lainnya.

Eksistensialisme dari segi isi bukan satu kesatuan tapi lebih merupakan gaya berfilsafat.
Beberapa tokoh filsafat yang menganut gaya eksistensialisme seperti:

  • Kierkegaard
  • Edmund Husserl
  • Martin heidegger
  • Gabriel Marcel
  • Jean Paul Sartre
Ciri-ciri eksistensialisme:

  • Motif pokok adalah eksistensi, cara manusa berada. Hanya manusia bereksistensi.
  • Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan diri secara aktif, berbuat, menjad, merencanakan.
  • Manusia dipandang terbuka, belum selesai. Manusia terikat pada dunia sekitarnya, khususnya pada sesamanya.
  • Memberi penekanan pada pengalaman konkrit.
Siapa itu Kierkegaard?
-Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark pada 15 Mei 1813.
-Ia belajar teologi di Universitas Kopenhagen, namun tidak selesai.
-Saat ibu dan ayahnya meninggal, ia mengalami krisis.
-Ia sempat menjauh dari teman dan agamanya.
-Sempat bertunangan dengan Regina Olsen namun tidak jadi menikah.
-Pada 1849, ia kembali ke agamanya (kristen).
-Meninggal pada 1855 sebagai orang religius dan dipandang sebagai tokoh di gerejanya.
-Ia juga dikebal sebagai bapak eksistensialisme, aliran filsafat yang berkembang 50 tahun setelah kematiannya.

Pokok ajaran Kierkegaard:
  • Eksistensi berarti merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
  • Hanya manusia bereksistensi
  • Manusia pada umumnya tidak ada
Tiga cara bereksistensi:
  1. Sikap estetis: merengguh sebanyak mungkin kenikmatan, yang dikuasai oleh perasaan. Cara hidup yang amat bebas.
  2. Sikap etis: sikap menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah pada hidupnya. Manusia mengakui kelemahannya tapi belum melihat cara mengatasinya.
  3. Sikap religius: berhadapan dengan Tuhan, manusia sendirian. Percaya model Allah hadir dimana-mana.
Menurut Kierkegaard, "percaya itu sama dengan menjadi": disini dan kini manusia percaya dan menentukan bagaimana dia akan ada secara abadi. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yang pasif, atau sebagai pemain/individu yang menentukan sendiri eksistensinya dengan mengisi kebebasannya.


Untuk sesi kedua saya akan meringkas mengenai Eksistensialisme menurut Jean Paul Sartre yang seharusnya dijelaskan oleh Pak Mikha, namun karena beliau sedang sakit maka diganti oleh Pak Carolus.

Eksistensialisme Menurut Sartre

Siapa itu Sartre?
-Beliau lahir di Paris, 16 Juli 1905
-Pada tahun 1929 ia menjadi seorang guru
-Pada tahun 1931-1936 ia menjadi dosen di Le Havre
-Pada tahun 1941 ia menjadi tawanan perang
-Pada tahun 1942-1944 ia menjadi dosen Loycee Pasteur
-Ia banyak menulis tentang filsafat dan sastra
-Ia dipengaruhi oleh Husserl dan Heidegger

Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri. Keberadaan manusia berbeda dengan keberadaan benda lain yang tidak punya kesadaran.
Untuk manusia eksistensi adalah keterbukaan, beda dengan benda lain yang keberadaannya sekaligus berarti esensinya. Bagi manusia eksistensi mendahului esensi.
Asas pertama untuk memahami manusia harus mendekatinya sebagai subjektivitas.
Apapun makna yang diberikan pada eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggung jawab.

Berada dalam diri:
Berada an sich, berada dalam dirinya, berada itu sendiri. Misalnya meja itu meja bukan kursi. Bagi Sartre, benda yang berada dalam diri itu memuakkan.

Berada untuk diri:
Berada yang dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Manusia punya hubungan dengan keberadaannya dan bertanggung jawab atas fakta bahwa ia ada. Misalnya manusia bertanggung jawab bahwa ia dosen atau pegawai.

Beberapa kenyataan yang mengurangi penghayatan kebebasan:

  • Tempat kita berada: situasi yang memberi struktur pada kita tapi juga kita beri struktur
  • Masa lalu: tidak mungkin meniadakannya karena masa lalu menjadikan kita sebagaimana kita sekarang ini
  • Lingkungan sekitar: kenyataan adanya sesama manusia sebagai eksistensinya sendiri
  • Maut: tidak bisa ditunggu saat tibanya walaupun pasti akan tiba
Komunikasi:
suatu hal yang apriori tak mungkin tanpa adanya sengketa, karena setiap kali orang menemui orang lain pada akhirnya akan terjadi saling objektifikasi.

Cinta:
bentuk hubungan keinginan saling memiliki. Cinta bersifat sengketa karena objektifikasi yang tak terhindarkan.

Sumber: Slide dari Dosen.

Thursday, October 2, 2014

DAY 9 (Kamis, 2 Oktober 2014)

Hari ini merupakan hari yang paling melelahkan sepanjang kbk filsafat karena hari ini saya pergi ke Kampung Betawi.

Disini, saya dan kelompok saya melakukan wawancara terhadap para pedagang dan TNI. Kami membedakan para pedagang yang berdagang apakah mereka mengikuti modernisasi atau tetap stay traditional.

Untuk videonya akan menyusul dikarenakan saya dan kelompok saya belom selesai mengeditnya, namun ini salah satu foto kelompok saya saat tiba di Kampung Betawi.


Tuesday, September 30, 2014

DAY 8 (Jumat, 26 September 2014)
Hari ini saya menjalani 3 sesi yang sangat melelahkan, berhubung besok libur sehingga lebih memikirkan untuk pengen cepat pulang. :)

Sesi pertama saya belajar tentang Manusia dan Afektivitasnya oleh Pak Raja. Selamat membaca!

Manusia dan Afektivitasnya

Afektivitaslah yang membuat manusia berada di dunia, berpartisipasi dengan orang lain.
Afektivitaslah yang mendorong orang untuk mencintai, mengabdi dan menjadi kreatif.
Cara hadir kita di dunia diperdalam oleh afektivitas.
Afektivitas merupakan sesuatu yang kompleks.

Dua kutub afektivitas:
  • Afektivitas positif: Love
  • Afektivitas negatif: Hate
Perasaan cinta sudah ada pada subjek meski si subjek tak menyadarinya. 
Setiap cinta selalu mendahului perbuatan.
Perasaan cinta sendiri belum tentu masuk ke dalam egoisme.
Dengan kita mencintai diri sendiri, barulah kita dapat mencintai orang lain.


Selanjutnya sesi kedua saya belajar tentang kebebasan oleh Pak Bonar.

Kebebasan

Manusia merupakan makhluk yang bebas, namun kebebasan manusia ada batasnya.
Manusia yang bebas akan menuntut tanggung jawabnya.
Untuk itu, terdapat peraturan-peraturan yang membatasi manusia dalam bertindak.

Pengertian kebebasan:

  1. Secara umum (kebebasan negatif) : tidak ada halangan (seperti aturan, paksaan, halangan)
  2. Secara khusus (kebebasan eksistensial): penyempurnaan diri, kesanggupan memilih dan memutuskan, serta kemampuan mengungkapkan segala dimensi kemanusiaan
Jenis-jenis kebebasan:
  • Kebebasan horizontal (berkaitan dengan kesenangan dan kesukaan) dan kebebasan vertikal (pilihan moral, pertimbangan tujuan, tingkatan nilai)
  • Kebebasan eksistensial (kebebasan positif, lambang martabat manusia) dan kebebasan sosial (terkait dengan orang lain)


Pandangan Determinisme: aliran yang menolak bahwa kebebasan sebagai kenyataan hidup manusia.
Semua peristiwa dipengaruhi oleh peristiwa lainnya:

  • Determinisme fisik-biologis: kebebasan dihambat oleh tubuh.
  • Determinisme psikologis: ada hal yang harus diikuti.
  • Determinisme sosial: seseorang tidak dapat hidup semaunya.
  • Determinisme teologis: ada kekuatan yang melampaui diri kita dalam mengatur hidup ini.
Kelemahan determinisme:
  • Menyangkal fungsi multidimensional dan paradoksal manusia
  • Menyangkal bahwa manusia selalu melakukan evaluasi terhadap perbuatannya
  • Menafikkan adanya tanggung jawab

Nah untuk sesi ketiga, saya dipandu Pak Carolus untuk membuat slide per kelompok mengenai Intelejensi Manusia. Berikut ini link dari slide kelompok saya, semoga dapat menambah wawasan anda semua :)

Intelejensi Manusia


Sumber: Slide dari Dosen.


DAY 7 (Kamis, 25 September 2014)

Memasuki hari ketujuh, ya saya menjadi kurang bersemangat untuk mengupdate blog. Tapi saya tetap akan terus update ya.

Badan dan Jiwa

Badan dan jiwa merupakan suatu kesatuan yang membentuk pribadi manusia.

Berikut dua aliran mengenai badan dan jiwa yang sangat bertolak belakang:
a. Monoisme
Aliran yang menolak bahwa badan dan jiwa merupakan dua unsur yang terpisah, keduanya bersatu membentuk kepribadian manusia.

Tiga aliran dalam monoisme:

  • Materialisme: menempatkan materi sebagai dasar bagi segala hal yang ada.
  • Teori identitas: mengakui aktivitas mental manusia.
  • Idealisme: berdasarkan pengalaman, nilai dan makna.
b. Dualisme
Aliran yang mengatakan bahwa badan dan jiwa adalah dua elemen yang terpisah berdasarkan objek dan pengertiannya.

Empat cabang dalam dualisme:
  • Interaksionisme: hubungan timbal balik antara badan dan jiwa.
  • Okkasionalisme: memasukkan dimensi ilahi antara hubungan badan dan jiwa.
  • Paralelisme: sistem keadaan ragawi ada di alam sedangkan kejiwaan ada di jiwa manusia.
  • Epifenomenalisme: melihat hubungan badan dan jiwa dari fungsi syaraf.
Badan merupakan elemen dasar yang membentuk pribadi manusia.
Jiwa menyadarkan manusia, siapa manusia sesungguhnya.
Empat kemampuan dasar manusia:
  • Menghasilkan kualitas penginderaan
  • Mampu menghasilkan makna dari penginderaan khusus
  • Mampu memberi tanggapan terhadap hasil penginderaan
  • Memberi tanggapan terhadap proses yang terjadi dalam pikiran demi kebaikan
Agustinus: 
"Manusia hanya bisa melakukan penilaian terhadap tindakannya karena dorongan dari jiwa. Jiwa mendorong manusia untuk melakukan hukum-hukum moral yang diketahui. Praktek moral sehari-hari adalah tanda berfungsinya jiwa dalam diri seseorang. Kemampuan jiwa menunjukkan bahwa kegiatan manusia bukan mekanistik."

Sumber: Slide dari Dosen.


Tuesday, September 23, 2014

DAY 6 (Selasa, 23 September 2014) jam 18.08

Hari ini saya akan menjelaskan lagi apa yang diajarkan dosen. Saya belajar Etika dan Moral, dan juga Filsafat Manusia. Sebenarnya Etika sudah dipelajari sedikit kemarin, tapi karna masih belum lengkap saya gabungkan saja dengan yang hari ini.

Sesi pertama saya diajarkan Pak Carolus tentang Etika dan Moral.

Etika dan Moral

Etika sebagai cabang filsafat disebut juga filsafat moral.
Secara etimologis, etika berasal dari kata ethos (watak), sedangkan moral berasal dari kata mos (tunggal), moris (jamak) artinya kebiasaan, sehingga etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Obyek material dari etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia.
Obyek formal dari etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral tingkah laku tersebut.

Arti etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia:
- ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
- kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
- nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika dibedakan menjadi 2 yaitu:

  • Etika perangai: adat istiadat yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu dan waktu-waktu tertentu pula. Contoh: berbusana adat, pergaulan muda-mudi.
  • Etika moral: berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Contoh: berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain.