Tuesday, September 30, 2014

DAY 8 (Jumat, 26 September 2014)
Hari ini saya menjalani 3 sesi yang sangat melelahkan, berhubung besok libur sehingga lebih memikirkan untuk pengen cepat pulang. :)

Sesi pertama saya belajar tentang Manusia dan Afektivitasnya oleh Pak Raja. Selamat membaca!

Manusia dan Afektivitasnya

Afektivitaslah yang membuat manusia berada di dunia, berpartisipasi dengan orang lain.
Afektivitaslah yang mendorong orang untuk mencintai, mengabdi dan menjadi kreatif.
Cara hadir kita di dunia diperdalam oleh afektivitas.
Afektivitas merupakan sesuatu yang kompleks.

Dua kutub afektivitas:
  • Afektivitas positif: Love
  • Afektivitas negatif: Hate
Perasaan cinta sudah ada pada subjek meski si subjek tak menyadarinya. 
Setiap cinta selalu mendahului perbuatan.
Perasaan cinta sendiri belum tentu masuk ke dalam egoisme.
Dengan kita mencintai diri sendiri, barulah kita dapat mencintai orang lain.


Selanjutnya sesi kedua saya belajar tentang kebebasan oleh Pak Bonar.

Kebebasan

Manusia merupakan makhluk yang bebas, namun kebebasan manusia ada batasnya.
Manusia yang bebas akan menuntut tanggung jawabnya.
Untuk itu, terdapat peraturan-peraturan yang membatasi manusia dalam bertindak.

Pengertian kebebasan:

  1. Secara umum (kebebasan negatif) : tidak ada halangan (seperti aturan, paksaan, halangan)
  2. Secara khusus (kebebasan eksistensial): penyempurnaan diri, kesanggupan memilih dan memutuskan, serta kemampuan mengungkapkan segala dimensi kemanusiaan
Jenis-jenis kebebasan:
  • Kebebasan horizontal (berkaitan dengan kesenangan dan kesukaan) dan kebebasan vertikal (pilihan moral, pertimbangan tujuan, tingkatan nilai)
  • Kebebasan eksistensial (kebebasan positif, lambang martabat manusia) dan kebebasan sosial (terkait dengan orang lain)


Pandangan Determinisme: aliran yang menolak bahwa kebebasan sebagai kenyataan hidup manusia.
Semua peristiwa dipengaruhi oleh peristiwa lainnya:

  • Determinisme fisik-biologis: kebebasan dihambat oleh tubuh.
  • Determinisme psikologis: ada hal yang harus diikuti.
  • Determinisme sosial: seseorang tidak dapat hidup semaunya.
  • Determinisme teologis: ada kekuatan yang melampaui diri kita dalam mengatur hidup ini.
Kelemahan determinisme:
  • Menyangkal fungsi multidimensional dan paradoksal manusia
  • Menyangkal bahwa manusia selalu melakukan evaluasi terhadap perbuatannya
  • Menafikkan adanya tanggung jawab

Nah untuk sesi ketiga, saya dipandu Pak Carolus untuk membuat slide per kelompok mengenai Intelejensi Manusia. Berikut ini link dari slide kelompok saya, semoga dapat menambah wawasan anda semua :)

Intelejensi Manusia


Sumber: Slide dari Dosen.


DAY 7 (Kamis, 25 September 2014)

Memasuki hari ketujuh, ya saya menjadi kurang bersemangat untuk mengupdate blog. Tapi saya tetap akan terus update ya.

Badan dan Jiwa

Badan dan jiwa merupakan suatu kesatuan yang membentuk pribadi manusia.

Berikut dua aliran mengenai badan dan jiwa yang sangat bertolak belakang:
a. Monoisme
Aliran yang menolak bahwa badan dan jiwa merupakan dua unsur yang terpisah, keduanya bersatu membentuk kepribadian manusia.

Tiga aliran dalam monoisme:

  • Materialisme: menempatkan materi sebagai dasar bagi segala hal yang ada.
  • Teori identitas: mengakui aktivitas mental manusia.
  • Idealisme: berdasarkan pengalaman, nilai dan makna.
b. Dualisme
Aliran yang mengatakan bahwa badan dan jiwa adalah dua elemen yang terpisah berdasarkan objek dan pengertiannya.

Empat cabang dalam dualisme:
  • Interaksionisme: hubungan timbal balik antara badan dan jiwa.
  • Okkasionalisme: memasukkan dimensi ilahi antara hubungan badan dan jiwa.
  • Paralelisme: sistem keadaan ragawi ada di alam sedangkan kejiwaan ada di jiwa manusia.
  • Epifenomenalisme: melihat hubungan badan dan jiwa dari fungsi syaraf.
Badan merupakan elemen dasar yang membentuk pribadi manusia.
Jiwa menyadarkan manusia, siapa manusia sesungguhnya.
Empat kemampuan dasar manusia:
  • Menghasilkan kualitas penginderaan
  • Mampu menghasilkan makna dari penginderaan khusus
  • Mampu memberi tanggapan terhadap hasil penginderaan
  • Memberi tanggapan terhadap proses yang terjadi dalam pikiran demi kebaikan
Agustinus: 
"Manusia hanya bisa melakukan penilaian terhadap tindakannya karena dorongan dari jiwa. Jiwa mendorong manusia untuk melakukan hukum-hukum moral yang diketahui. Praktek moral sehari-hari adalah tanda berfungsinya jiwa dalam diri seseorang. Kemampuan jiwa menunjukkan bahwa kegiatan manusia bukan mekanistik."

Sumber: Slide dari Dosen.


Tuesday, September 23, 2014

DAY 6 (Selasa, 23 September 2014) jam 18.08

Hari ini saya akan menjelaskan lagi apa yang diajarkan dosen. Saya belajar Etika dan Moral, dan juga Filsafat Manusia. Sebenarnya Etika sudah dipelajari sedikit kemarin, tapi karna masih belum lengkap saya gabungkan saja dengan yang hari ini.

Sesi pertama saya diajarkan Pak Carolus tentang Etika dan Moral.

Etika dan Moral

Etika sebagai cabang filsafat disebut juga filsafat moral.
Secara etimologis, etika berasal dari kata ethos (watak), sedangkan moral berasal dari kata mos (tunggal), moris (jamak) artinya kebiasaan, sehingga etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Obyek material dari etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia.
Obyek formal dari etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral tingkah laku tersebut.

Arti etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia:
- ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
- kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
- nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika dibedakan menjadi 2 yaitu:

  • Etika perangai: adat istiadat yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu dan waktu-waktu tertentu pula. Contoh: berbusana adat, pergaulan muda-mudi.
  • Etika moral: berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Contoh: berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain.





Monday, September 22, 2014

DAY 5 (Senin, 22 September 2014)
Memasuki hari kelima, menjelang UTS banget hehehe.
Hari ini saya belajar sampai bab yang akan di UTS kan.

Sesi pertama saya belajar Silogisme yang diajarkan oleh Pak Carolus.

Silogisme

Silogisme adalah suatu simpulan dimana dari dua putusan (premis) disimpulkan suatu putusan yang baru.
Prinsip: bila premis benar, maka simpulannya benar.

Dua macam silogisme:
a. Silogisme kategoris: silogisme yang premis dan simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat).
Contoh:
M - P Semua binatang mamalia menyusui
S - M Kucing adalah binatang mamalia
S - P Kucing menyusui

    1. Silogisme kategoris tunggal: mempunyai dua premis, terdiri atas 3 term: S,P,M.
        Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal:
 
       (1) M adalah S dalam premis mayor dan P dalam premis minor.
            Aturan: premis minor harus sebagai penegasan, premis mayor bersifat umum.
            Contoh:
            Setiap manusia butuh makan (mayor)
            Helen adalah manusia (minor)
            Jadi, Helen butuh makan

        (2) M jadi P dalam premis mayor dan minor.
             Aturan: salah satu premis harus negatif.
             Contoh:
             Semua perhiasan berharga mahal
             Batu bara bukan perhiasan
             Batu bara tidak berharga mahal

        (3) M menjadi S dalam premis mayor dan minor.
             Aturan: premis minor harus berupa penegasan dan simpulannya bersifat partikular.
             Contoh:
             Manusia butuh pendidikan
             Ada manusia yang berekonomi sulit
             Jadi, sebagian yang butuh pendidikan adalah yang berekonomi sulit

        (4) M adalah P dalam premis mayor dan S dalam premis minor.
             Aturan: premis minor harus berupa penegasan, sedangkan simpulan bersifat partikular
             Contoh:
             Basket adalah salah satu jenis olahraga
             Semua jenis olah raga menyehatkan tubuh
             Jadi, sebagian olah raga yang menyehatkan tubuh adalah basket

     2. Silogisme kategoris majemuk: bentuk silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap, lebih            dari tiga premis. Jenis-jenisnya:

         (1) Epicherema: silogisme yang salah satu / kedua premisnya disertai alasan.
               Semua perhiasan berharga mahal karena susah pencariannya
               Berlian adalah perhiasan berkilau karena tidak bisa berkarat
               Berlian berharga mahal

         (2) Enthymema: silogisme yang dalam penalarannya tidak mengungkapkan semua premis secara eksplisit.
               Yang rohani itu tidak akan dapat mati
               Jiwa manusia adalah rohani
               Jadi, jiwa manusia tidak akan dapat mati

         (3) Polisilogisme: deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya.
              Seseorang yang serakah, tidak pernah puas
              Seorang rakus adalah orang yang serakah
              Jadi, seorang rakus tidak pernah puas

        (4) Sorites: silogisme yang premisnya lebih dari dua
              Anak pembangkang selalu melawan orang tua
              Anak yang melawan orang tua, mendapatkan dosa dari Tuhan
              Anak yang mendapatkan dosa dari Tuhan, susah masuk Surga
              Jadi, anak pembangkang susah masuk Surga

b. Silogisme hipotetis

Hukum silogisme kategoris:
  • Silogisme tidak boleh mengandung lebih dari 3 term (S, M, P)
  • M tidak boleh masuk dalam kesimpulan karena M berfungsi sebagai perbandingan term-term
  • Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya

Selanjutnya, sesi kedua saya belajar tentang Fallacia oleh Pak Raja.

Kesesatan Pemikiran (Fallacia)

     
Fallacia: kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta tapi kesalahan kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat.

Kesalahan fakta: Presiden Obama lahir di Indonesia.

Kesalahan penalaran:
a. Kesesatan formal: pelanggaran terhadap kaidah logika
    Mis: Semua penodong berwajah seram ----- belum tentu
            Semua pengamen berwajah seram ----- belum tentu
            Semua penodong adalah pengamen ----- salah

   Syarat: Kedua premis tidak boleh premis universal, salah astu harus premis partikular.

b. Kesesatan informal: menyangkut kesesatan dalam bahasa
    - Penempatan kata depan yang keliru: Antara hewan dan manusia memiliki perbedaan ----- salah.
      Hewan dan manusia memiliki perbedaan ----- benar.
    - Mengacau posisi subjek atau predikat: Karena tidak mengerjakan PR, guru menghukum anak itu.
    - Ungkapan yang keliru: Pencuri kawakan itu berhasil diringkus polisi minggu lalu.
    - Amfiboli (sesat karena struktur kalimat yang bercabang): Anto anak bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.
    - Kesesatan aksen / prosodi (sesat karena penekanan yang salah): Ada aturan "Jangan ganggu istri tetangga". Pak Ali bukan tetangga saya, maka saya boleh mengganggu istrinya.
    - Kesesatan bentuk pembicaraan (orang menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain): beranak artinya memiliki anak, bersantai artinya memiliki santai ---- salah.
    - Kesesatan aksiden (yang aksidental dikacaukan dengan hakiki): sawo matang adalah warna, orang Indonesia itu sawo matang, maka orang Indonesia adalah warna.
    - Kesesatan karena alasan yang salah: konklusi ditarik dari premis yang tak relevan.

Kesesatan presumsi:

  • Generalisasi tergesa-gesa: orang Padang pandai memasak.
  • Non sequitur (belum tentu): memang saya tida lulus karena debat dengan dosen.
  • Analogi palsu: membuat istri bahagia dengan membelikannya mainan seperti anak kecil.
  • Penalaran melingkar: ia makan karena lapar, ia lapar karena makan.
  • Deduksi cacat: barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti masuk Surga. Andi pasti masuk Surga.
  • Pikiran simplistis: karena ia jelek, maka ia tak punya teman.
Menghindari persoalan:
  • Argumentum ad hominem: jangan percaya dia karena ia bekas pelacur.
  • Argumentum ad populum: anda lihat banyak kejadian tabung gas meledak, maka tabung gas xx adalah tabung terpercaya.
  • Argumentum ad misericordiam: seorang mahasiswa meminta tugas tambahan karena sering membolos.
  • Argumentum ad baculum: karena berbeda pendapat, menghina orang lain.
  • Argumentu, ad auctoritatem: kata dosen, kita boleh pulang.
  • Argumentum ad ignorantiam: bila tidak ada bukti Tuhan ada, maka Tuhan tidak ada.
  • Argumen untuk keuntunan seseorang: seorang jutawan berjanji akan memberi uang secara rutin pada orang tuanya apabila perempuan itu mau menjadi istri kesepuluhnya.
  • Non causa pro causa: orang pusing setelah bertemu dosennya, maka ia menganggao itu penyebabnya.
Kesesatan retoris:

  • Eufemisme / disfemisme: pembangkang yang dianggap benar disebut reformator. Bila tidak disenangi disebut pemberontak.
  • Penjelasan retorik: dia tidak lulu karena tidak teliti mengerjakan soal.
  • Stereotipe: orang Cina jago berdagang.
  • Innuendo: saya tidak menunjuk anda tapi menunjuk anjing itu.
  • Loading question: apakah anda masih tetap merokok?
  • Weaseler: 1 dari 2 orang mengatakan anda cantik.
  • Downplay: Jangan anggap serius omongannya karena ia hanya pemulung.
  • Lelucon / sindiran:
  • Hiperbola: membesar-besarkan
  • Pengandaian bukti: studi menunjukkan
  • Dilema semu: tamu menolak kopi langsung disuguhi susu.

Sumber: Slide dari dosen.


Friday, September 19, 2014

Berikut ini adalah foto saya dengan kelompok saya, kelompok 11 C-D :)

DAY 4 (Jumat, 19 September 2014)
Hari yang sangat berat karena 4 sesi sekaligus. Saya sampai di rumah jam 7an karena macet jam pulang kerja. Badan saya capek, pegel, pengen langsung tidur rasanya tapi saya tetap harus menyelesaikan pembahasan hari ini sekarang. 

Sesi pertama, saya belajar tentang subyektivisme dan obyektivisme.

Subyektivisme

Pengetahuan dipahami sebagai keyakinan yang dianut individu.
Pendukung pandangan ini adalah:
- Aristoteles, Plato, Rene Descartes
- Kaum Solipsisme
- Kaum Realisme Epistemologis: kesadaran menghubungkan saya dengan "yang lain" dari diri saya
- Kaum Idealisme Epistemologis: setiap tindakan mengetahui berakhir dalam suatu ide

Ciri-ciri pendekatan subyektivisme:
- Menggagas pengetahuan sebagai suatu keadaan mental yang khusus
- Pengalaman subyektif sebagai titik tolak pengetahuan dari data inderawi diri sendiri
- Prinsip subyektif tentang alasan cukup, karena pengalaman bersifat personal

Pengetahuan tentang diri kita sendiri merupakan pengetahuan langsung.
Pengetahuan diluar diri kita sendiri merupakan pengetahuan tidak langsung.

Descartes menolak skeptisisme (tidak pernah tahu tentang apapun) yang justru membawanya ke subyektivisme. 
Para penganut skeptisisme mengatakan bahwa mustahil manusia mencapai pengetahuan tentang sesuatu atau paling kurang manusia tidak pernah merasa yakin apakah dirinya dapat mencapai pengetahuan tertentu.

Obyektivisme

Suatu pandangan yang menekankan bahwa butir-butir pengetahuan manusia mempunyai sifat dan ciri yang melampaui keyakinan dan kesadaran individu.
Pendukung pandangan ini ialah Popper, Latatos dan Marx.
Obyektivisme dapat diartikan sebagai pandangan yang menganggap bahwa segala sesuatu yang dipahami adalah tidak tergantung pada orang yang memahami.

Ada 3 pandangan obyektivisme:
a. Kebenaran itu independen terlepas dari pandangan subjektif
b. Kebenaran itu datang dari bukti faktual
c. Kebenaran hanya bisa didasari dari pengalaman inderawi

Obyek bersifat umum yang artinya obyek yang sama dapat dipersepsikan oleh pengamat yang jumlahnya tidak terbatas.
Obyek itu bersifat permanen, baik dipersepsikan maupun tidak.

Untuk mempercayai kebenaran kesaksian inderawi, terdapat syarat:
a. Obyek harus sesuai dengan jenis indera kita.
b. Organ inderawi harus normal dan sehat.
c. Karena obyek ditangkap melalui medium, maka medium itu harus ada.

Perbedaan antara obyek umum dan obyek khusus:
a. Obyek umum: data yang ditangkap oleh satu indera, seperti warna, suara, bau.
b. Obyek khusus: data yang dapat ditangkap oleh lebih dari satu indera, seperti keleluasan indera yang dapat diraba dan dilihat.


Selanjutnya saya masuk sesi kedua. Di sesi kedua ini saya belajar mengenai Konfirmasi, Inferensi dan Konstruksi Teori oleh Pak Mikha Agus.

Konfirmasi

Confirmation: penegasan, memperkuat.
Konfirmasi berupaya mencari hubungan yang normatif antara hipotesis yang sudah diambil dengan fakta-fakta.

Ada 2 aspek konfirmasi yaitu:

  • Konfirmasi kualitatif: misal dalam penelitian menjalankan model wawancara mendalam.
  • Konfirmasi kuantitatif: misal dalam penelitian mengumpulkan beberapa sampel yang akhirnya membuat suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Ada 3 jenis konfirmasi yaitu:
  1. Decision theory: kepastian berdasarkan hubungan "apakah hubungan antara hipotesis dan fakta punya manfaat faktual"?
  2. Estimation theory: menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar salah melalui konsep probabilitas, misalnya statistik 
  3. Reliability theory: menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas fakta / evidensi yang berubah ubah terhadap hipotesis
Inferensi
Inferensi berarti penyimpulan (proses pembuatan kesimpulan / conclusion)
Penyimpulan bisa berupa mengakui atau memungkiri suatu pernyataan

Jenis-jenis inferensi:
  1. Inferensi induktif
  2. Inferensi deduktif: Inferensi langsung dan inferensi tidak langsung 
a. Inferensi langsung
    Penarikan kesimpulan hanya dari premis (pernyataan) 
b. Inferensi tidak langsung
    Penarikan kesimpulan dari dua premis. Contoh: 
    Premis: anjing adalah mamalia
    Premis: kucing adalah mamalia
    Kesimpulan: anjing adalah kucing

Hukum inferensi:
  • Kalau premis-premis benar, kesimpulan benar
  • Kalau premis-premis salah, kesimpulan bisa salah atau kebetulan benar
  • Kalau kesimpulan salah, premis-premis salah
  • Kalau kesimpulan benar, premis-premis bisa salah bisa benar
Konstruksi Teori

Kerangka pemikiran yang menjelaskan fenomena alami / sosial tertentu.
Teori dirumuskan, dievaluasi, dikembangkan melalui metode alamiah.

Konstruksi teori dibangun dengan: 
  • Abstraksi generalisasi
  • Deduksi probabilistik dan deduksi apriori (spekulatif)
Tiga model konstruksi teori:
  1. Model korespondensi: kebenaran sesuatu dibuktikan dengan menemukan relevansinya dengan yang lain.
  2. Model koherensi: sesuatu dipandang benar apabila sesuai dengan moral tertentu.
  3. Model paradigmatis: konsep kebenaran ditata menurut pola hubungan yang beragam, menyederhanakan yang kompleks.
Dua kutub arti teori:
  • Teori sebagai hukum eksperimental: misal hukum Mendel tentang keturunan yang bisa langsung diuji lewat observasi.
  • Teori sebagai hukum yang berkualitas normal: misal teori relativitas Einstein.

Nah setelah sesi kedua ini, saya pun memasuki sesi ketiga mengenai Logika yang diajarkan oleh Pak Carolus.

Logika
Logika berasal dari bahasa Yunani yaitu logikos yang berarti sesuatu yang diungkapkan / diutarakan lewat bahasa.
Pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium (334 - 262 SM).
Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun,  dan membahas asas-asas atau aturan formal serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan untuk mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

Obyek logika:
  1. Obyek material: logika adalah manusia itu sendiri.
  2. Obyek formal: kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang tepat yang tampak melalui ungkapan pikiran melalui bahasa.
Manfaat belajar logika:
  • Membantu setiap orang untuk mampu berpikir kritis, rasional dan metodis.
  • Kemampuan meningkatkan kemampuan bernalar secara abstrak.
  • Mampu berdiri lebih tajam dan mandiri.
  • Menambah kecerdasan berpikir, sehingga bisa menghindari kesesatan dan kekeliruan dalam penarikan kesimpulan.
Sejarah logika:
Logika pertama kali digunakan oleh Zeno dengan aliran stoisismenya, namun filsuf pertama yang menggunakan logika sebagai ilmu adalah Aristoteles.
Prinsip logika tradisional yang telah dikembangkan Aristoteles tetap menjadi prinsip-prinsip logika modern.
Logika tradisional membahas definisi, konsep dan term menurut struktur, susunan dan nuansa, seluk beluk penalaran untuk mendapat kebenaran sesuai dengan kenyataan.

Macam-macam logika:
  1. Logika kodrati: suatu suasana saat akal budi bekerja menurut hukum logika secara spontan.
  2. Logika ilmiah: berusaha mempertajam akal budi manusia agar dapat bekerja lebih teliti atau tepat, sehingga kesesatan dapat dihindari.
Logika formal (logika minor) adalah logika yang membicarakan tentang kebenaran bentuk.
Sebuah benda dikatakan punya kebenaran bentuk apabila konklusinya ditarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya dengan mengabaikan isi yang terkandung dalam argumentasi tersebut.

Contoh:
Malaikat itu benda fisik
Batu itu malaikat
Jadi batu itu adalah benda fisik

Contoh di atas tidak sesuai dengan kenyataan, namun berdasarkan logika formal (dilihat dari bentuknya) tentu saja benar karena sesuai dengan pola yang benar.

Pola yang benar adalah:
Semua M adalah P
Semua S adalah M
Maka semua S adalah P

Logika material / isi (logika mayor) adalah logika yang membahas tentang kebenaran isi.
Sebuah argumen dikatakan memiliki kebenaran isi apabila pernyataan-pernyataan yang membentuk argumen tersebut sesuai dengan kenyataan.

Contoh:
Semua manusia memiliki kaki
Budi memiliki kaki
Jadi, budi adalah manusia

Contoh di atas karena pernyataannya semua sesuai dengan kenyataan, maka argumen tersebut memiliki kebenaran isi. Namun menurut logika formal, tentu saja salah karena tidak sesuai dengan pola yang benar.

Next, sesi ketiga saya mulai dengan Critical Thinking.

Critical Thinking

Berpikir kritis adalah merasionalkan kehidupan manusia dan secara hati-hati mengamati / memeriksa proses berpikir sebagai dasar untuk mengklarifikasi dan memperbaiki pemahaman kita tentang sesuatu.

Karakteristik berpikir kritis:

  1. Rasional, resonable, reflektif: berdasarkan bukti-bukti, bukan keinginan pribadi.
  2. Melibatkan skepticism yang sehat dan konstruktif: tidak menerima atau menolak ide-ide kecuali mengerti akan hal tersebut.
  3. Otonomi: tidak mudah dimanipulasi.
  4. Kreatif: menciptakan ide-ide orisinil dengan cara menghubungkan pemikiran dan konsep.
  5. Adil: tidak berpihak.
  6. Dapat dipercaya dan dilakukan: membuat observasi yang dapat dipercaya, menegakkan kesimpulan secara tepat.
Pemikiran kritis di psikologi akan mempraktekkan kemampuan kognitif dalam:
  1. Analisa
  2. Aplikasi standar
  3. Diskriminasi
  4. Pencarian informasi
  5. Pembuatan alasan logis
  6. Prediksi
  7. Transformasi pengetahuan
Lima model berpikir kritis:
  1. Total recall (pemanggilan total): kemampuan untuk mengakses pengetahuan dimana pengetahuan merupakan sesuatu yang dipelajari dan disimpan dalam pengetahuan. Total recall bergantung pada memori.
  2. Habits (kebiasaan): pendekatan berpikir yang diulang-ulang secara sering. Sesuatu yang dilakukan tanpa berpikir.
  3. Inquiry (pencarian informasi): memeriksa isu-isu secara mendalam dengan menanyakan hal-hal yang terlihat nyata. Cara pikir primer yang digunakan untuk menegakkan suatu kesimpulan.
  4. New ideas and creativity (ide-ide baru dan kreatifitas): mencoba menjadi seseorang yang berbeda dari orang-orang yang ada
  5. Knowing how you think: berpikir dengan bagaimana seseorang berpikir.
Klasifikasi
Pekerjaan budi kita untuk menganalisis, membagi-bagi, menggolongkan dan menyusun pengertian-pengertian dan benda-benda menurut kesamaan dan perbedaannya.

Aturan klasifikasi:
  • Klasifikasi harus lengkap: terperinci dan keseluruhan
  • Klasifikasi harus sungguh-sungguh memisahkan: tidak boleh tumpang tindih
  • Klasifikasi harus menurut dasar yang sama: konsisten dan tidak menggunakan lebih dari satu dasar sekaligus
  • Klasifikasi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
Kesulitan dalam klasifikasi:
  • Keseluruhan dan bagian-bagiannya: yang diterima untuk keseluruhan harus juga diterima bagiannya tapi tidak sebaliknya
  • Batas-batas golongan: dibutuhkan pembatasan yang ketat
  • Teknik hitam-putih: kecenderungan untuk mengklasifikasikan sesuatu ke dalam 2 golongan yang bersifat oposisi biner yang merupakan klasifikasi yang tidak tepat

Definisi
Perumusan yang singkat, padat, jelas dan tepat untuk menerangkan apa sebenarnya suatu hal tersebut sehingga dapat dimengerti dan dibedakan dari semua hal diluar dirinya.
Definire: pembatasan, menandai batas-batas.

Definisi nominal: sinonim, menjelaskan sesuatu dengan kata yang lebih umum, mengupas asal-usul kata dan berguna untuk memberi petunjuk tentang arti.

Definisi real: sifat khas / hakikat, kumpulan sifat-sifat untuk menerangkan sesuatu dengan benar.

Aturan definisi:
  • Definisi harus dapat dibolak balik
  • Hal yang didefinisikan tidak boleh masuk dalam definisi
  • Definisi tidak boleh negatif
  • Definisi harus sungguh-sungguh menjelaskan
  • Definisi harus tepat perumusannya
  • Definisi tidak boleh memuat metafora

Keputusan

Perbuatan manusia yang mengakui / memungkiri kesatuan hubungan antara dua hal (subyek dan predikat).
Unsur-unsur: subyek, predikat dan kata penghubung

Tipe keputusan:
  1. Berdasarkan bentuk: afirmatif (positif) dan negatif
  2. Berdasarkan keluasan: singular, partikular, universal


Sumber: Slide yang diberikan oleh dosen.


Thursday, September 18, 2014

DAY 3 (Kamis, 18 September 2014)
Udah hari ketiga aja, hari ini saya akan membahas kembali apa yang di ajarkan oleh Pak Carolus dan Pak Mikha Agus.

Untuk sesi pertama, Pak Carolus menjelaskan tentang Epistemologi.

Epistemologi 
Epistemologi berasal dari episteme (pengetahuan) dan logos (pengetahuan sistematik) sehingga disimpulkan bahwa epistemologi adalah pengetahuan secara sistematik tentang pengetahuan.

Sifat epistemologi antara lain:
  • Secara kritis: mempertanyakan / menguji cara kerja, pendekatan, kesimpulan yang ditarik dalam kegiatan kognitif manusia
  • Secara normatif: menentukan tolak ukur / norma penalaran tentang kebenaran pengetahuan
  • Secara evaluatif: menilai apakah suatu keyakinan, pendapat suatu teori pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan dan dijamin kebenarannya secara logis
Metode untuk memperoleh pengetahuan:
  1. Empirisme: suatu cara / metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman.
  2. Rasionalisme: berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.
  3. Fenomenalisme: pengetahuan tentang barang sesuatu seperti yang menampak, tidak sesuatu seperti keadaannya sendiri.
Dasar dan sumber ilmu pengetahuan:
  • Pengalaman manusia
  • Ingatan (memori)
  • Penegasan tentang apa yang diobservasi
  • Minat dan rasa ingin tahu
  • Pikiran dan penalaran
  • Logika
  • Bahasa
  • Kebutuhan hidup manusia
Ilmu pengetahuan memiliki 2 kutub yaitu:
a. Kesadaran (subyek): berperan sebagai yang mengetahui
b. Obyek: berperan sebagai yang diketahui
Hubungan antara subyek dan obyek menghasilkan pengetahuan.

Teori kebenaran dalam ilmu pengetahuan:
  1. Teori kebenaran korespondensi: kebenaran terjadi apabila subjek yakin bahwa objek sesuai dengan kenyataannya.
  2. Teori kebenaran koherensi: kebenaran terjadi apabila ada kesamaan pendapat antara beberapa subjek mengenai objek.
  3. Teori kebenaran pragmatik: kebenaran terjadi apabila sesuatu ada kegunaannya.
  4. Teori kebenaran konsensus: kebenaran terjadi apabila ada kesepakatan yang disertai alasan tertentu.
  5. Teori kebenaran semantik: kebenaran terjadi apabila seseorang mengetahui secara tepat mengenai arti suatu kata.

Selanjutnya di sesi kedua, saya diajarkan mengenai Kebenaran secara lebih lanjut oleh Pak Mikha Agus.

Kebenaran
Kebenaran adalah kesesuaian antara apa yang dipikirkan dengan kenyataan yang ada.
Kebenaran berasal dari kata "aletheia" yang berarti ketaktersembunyian adanya
atau ketersingkapan adanya.
Untuk menilai suatu sifat atau kualitas dari suatu proposisi digunakan istilah benar-salah:

a. Pengetahuan bisa dinilai benar atau salah karena pengetahuan merupakan
    gabungan dan perpaduan dari sistem pernyataan.
b. Konsep tidak bisa dinilai benar atau salah, hanya bisa dinilai jelas atau kabur, 
    memadai atau tidak memadai.
c. Persepsi tidak bisa dinilai benar atau salah, yang bisa disebut benar atau 
    salah adalah isi dari pernyataan tentang apa yang dipersepsikannya.

Kebenaran menurut Plato, sebagai ketidaksembunyian adanya itu tidak dapat dicapai manusia dalam hidupnya kini karena terletak pada objek yang diketahui atau pada apa yang dikejar untuk diketahui.
Kebenaran menurut Aristoteles, lebih memusatkan perhatian pada kualitas pernyataan yang dibuat oleh subjek penahu ketika dirinya menegaskan suatu putusan baik secara afirmatif maupun negatif.

Menurut kaum Positivisme logis, kebenaran dibagi menjadi 2:
a. Kebenaran faktual: kebenaran tentang ada tidaknya secara faktual di
    dunia nyata sebagaimana dialami manusia. Contoh bumi itu bulat,
    harus diuji kebenarannya melewati pengamatan inderawi.
b. Kebenaran nalar: kebenaran yang bersifat tautologis dan tidak menambah
    pengetahuan baru tentang dunia, tetapi dapat menjadi sarana yang berdaya 
    guna untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang dunia ini.
Menurut Thomas Aquinas, kebenaran dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Kebenaran ontologis: kebenaran yang terdapat dalam kenyataan, entah
    spiritual atau material. Contoh kebenaran akan adanya Tuhan.
b. Kebenaran logis: kebenaran yang terdapat pada akal budi manusia 
    sebagai penahu, dalam bentuk kesesuaian antara akal budi dengan
    kenyataan. 

Kedudukan kebenaran:
  1. Menurut Platonis terletak pada objek
  2. Menurut Aristotelian terletak pada subjek
Kaum Eksistensial menyatakan bahwa kebenaran merupakan apa yang secara
pribadi berharga bagi subyek konkrit yang bersangkutan dan pantas untuk
dipegang teguh dengan penuh kesetiaan.

Kebenaran ilmiah bersifat eksternal terhadap subjek, maka kebenaran
eksistensial bersifat internal terhadap subjek.

Kekeliruan
Kekeliruan berarti menerima sebagai benar apa yang dinyatakan salah atau
menyangkal apa yang senyatanya benar.
Kekeliruan muncul akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukti yang tepat,
menganggap bukti sudah cukup padahal belum atau menganggap bukti belum cukup
padahal sudah. 


Faktor yang menyebabkan terjadinya kekeliruan:
a. Sikap terburu-buru dan kurang perhatian dalam salah satu tahap atau
    proses kegiatan mengetahui
b. Sikap takut salah yang keterlaluan atau gegabah dalam melangkah
c. Kerancuan akibat emosi, frustasi atau depresi
d. Prasangka dan bias-bias
e. Keliru dalam penalaran atau tidak mematuhi aturan-aturan logika

Sumber: Buku Pembelajaran Filsafat untuk Perkuliahan KBK Blok Filsafat dan Slide dari Dosen.
DAY 2 (Selasa, 16 September 2014)
Saya selasa kemarin belum sempat post, jadi saya double in aja ya hari ini.

Di sesi pertama saya belajar tentang Aksiologi oleh Pak Mikha Agus.

Aksiologi

Aksiologi berasal dari axios (nilai) dan logos (ilmu), sehingga dapat disimpulkan bahwa aksiologi adalah kajian tentang kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.

Pembagian aksiologi dibagi atas dua yaitu etika dan estetika.
Etika mengkaji tentang prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang mendasari penilaian terhadap perilaku manusia yang digunakan untuk membedakan perbuatan-perbuatan, hal-hal dan manusia lainnya.
Estetika mengkaji tentang prinsip-prinsip yang mendasari penilaian atas berbagai bentuk seni, yang
mengkaji apa tujuan seni, apa peranan rasa dalam pertimbangan estetika, bagaimana kita menganal karya besar seni.

Nilai

Nilai yang dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Untuk menjelaskan lebih jauh apa itu nilai, perlu dibedakan dengan fakta.

Perbedaannya antara lain:
  • Fakta adalah sesuatu yang ada secara nyata, berlangsung begitu saja, sedangkan nilai sebagai sesuatu yang berlaku yang mengimbau kita.
  • Fakta dapat dilukiskan secara objektif dan ditemui dalam konteks deskripsi sedangkan nilai berperanan dalam suasana apresiasi.
  • Fakta selalu mendahului nilai.
Ciri-ciri nilai:
  • Nilai berkaitan dengan subjek
  • Nilai tampil dalam konteks praktis
  • Nilai menyangkut sifat yang ditambah oleh subjek pada sifat yang dimiliki oleh objek
Macam-macam nilai:
  • Nilai ekonomis: con. hukum ekonomi
  • Nilai estetis: con. saat menikmati lukisan atau lagu yang indah
Nilai ada yang bersifat obyektif atau subyektif.
  • Nilai obyektif: nilai-nilai yang tidak tergantung pada subyek atau kesadaran yang menilai.Tolak ukur berada pada obyek bukan subyek.
  • Nilai subyektif: nilai yang subyeknya berperan dalam memberikan penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak ukurnya.
Peran nilai bagi kita:
  • Nilai merupakan objek sejati bagi tindakan manusia
  • Nilai mengarahkan manusia dan memberi daya tarik bagi manusia dalam membentuk dirinya melalui tindakan-tindakannya
  • Menata hubungan sosial dalam masyarakat
  • Memperkuat identitas kita sebagai manusia
Nilai Moral

Nilai moral dibagi atas 4 kelompok:
  • Nilai yang menyangkut kesenangan dan ketidaksenangan
  • Nilai vitalitas (perasaan halus, kasar, lugur, dll)
  • Nilai rohani (nilai estetis, logis)
  • Nilai religius (kudus atau tidak)
Ciri-ciri nilai moral:
  • Berkaitan dengan tanggung jawab kita sebagai manusia
  • Nilai moral bisa diwujudkan dalam perbuatan yang sepenuhnya jadi tanggung jawab
  • Berkaitan dengan hati nurani
  • Mewajibkan, misalnya nilai moral mewajibkan secara absolut
  • Bersifat formal, tidak ada nilai moral yang murni terlepas dari nilai lain

Di sesi kedua ini saya belajar tentang metafisika oleh Pak Raja.

Metafisika
Etimologis: meta ta physika (sesudah fisika).

Beragam arti metafisika:
  • Upaya mengkarakterisasi realitas sebagai keseluruhan
  • Usaha menyelidiki apakah hakikat yang berada di balik realitas
  • Pembahasan falsafati yang komprehensif mengenai seluruh realitas yang ada
Pembagian metafisika:
 a. Metafisika umum (ontologi)
     Membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh dengan cara memisahkan eksistensi dari
     penampilan eksistensi itu
 b. Metafisika khusus yang meliputi kosmologi, teologi metafisik, filsafat antopologi

Sumber: Slide dari Dosen.

Monday, September 15, 2014

DAY 1 (Senin, 15 September 2014)
Nah hari ini saya baru memulai pembelajaran saya di blok filsafat ini. Saya dibimbing oleh beberapa dosen pembimbing seperti Pak Raja, Pak Bonar, Pak Carolus dan Pak Mikha Agus.
Pertama-tama tentu saja perkenalan terhadap blok filsafat ini. Kami belajar tentang apa itu definisi filsafat menurut tokoh-tokoh, bagaimana filsafat itu bisa lahir, apa sifat dasar, peranan dan kegunaan dari filsafat, serta hubungan antara filsafat dengan Yunani.
Kami juga diberikan tugas untuk membuat mindmap tentang sejarah dari filsafat.

1.       Definisi Filsafat
Filsafat berasal dari kata philos (kekasih/sahabat) dan shopia (pengetahuan).
Definisi filsafat oleh beberapa tokoh:
a.       Filsuf Pra-Sokratik: mengandalkan akal budi
b.      Plato: meraih kebenaran asli dan murni
c.       Aristoteles: mencari prinsip dan penyebab realitas yang ada
d.      Rene Descartes: pangkal penyelidikannya ialah Tuhan, alam dan manusia
e.      William James: upaya untuk berpikir yang jelas dan terang

2.       Kelahiran Filsafat
a.       Kekaguman / Keheranan: karena adanya subjek dan objek kekaguman
b.      Ketidak puasan: mitos yang tidak memuaskan manusia
c.       Hasrat bertanya: pertanyaan yang tak kunjung habis akibat dari adanya kekaguman sehingga orang melakukan pengamatan
d.      Keraguan: meragukan kebenaran yang diketahui sehingga merangsang orang-orang untuk selalu bertanya

3.       Sifat Dasar, Prinsip dan Kegunaan Filsafat
Sifat dasar:
a.       Berpikir radikal
b.      Mencari asas
c.       Memburu kebenaran
d.      Mencari kejelasan
e.      Berpikir rasional
Peranan filsafat:
a.       Pendobrak: mendobrak mitos yang dipercaya sebelumnya
b.      Pembebas: membebaskan dari pemikiran mitis dan mistis
c.       Pembimbing:  membimbing berpikir sistematis dan logis
Kegunaan filsafat:
a.       Bagi ilmu pengetahuan: melahirkan, merawat dan mendewasakan ilmu pengetahuan
b.      Bagi kehidupan praktis: membantu manusia memahami arti

4.       Hubungan antara Filsafat dengan Yunani
Filsafat digunakan pertama kali oleh Pytagoras pada abad 6 SM.
a.       Faktor-faktor mempersiapkan lahirnya filsafat:
·         Keberadaan mitologi
·         Kesusastraan Yunani
·         Pengaruh ilmu pengetahuan dari Timur Kuno
b.      Peranan “logos” dalam filsafat: logos (akal budi, rasio, tuturan, bahasa) mengganti mitos
c.       Kaitan sifat bangsa Yunani dengan kelahiran filsafat
·         Segi geografis: Daratan Yunani terdiri dari pegunungan gundul, sehingga mereka merantau
·         Segi sosial politik: Bangsa Yunani selalu merasa lain dari bangsa lainnya
·         Segi kultural: Bangsa Yunani menghasilkan kesenian yang mengagumkan, bahasa Yunani dapat mengungkapkan suatu rationalitas tertentu
d.      Sejarah filsafat Yunani dan kelahiran filsafat: pemikiran ilmiah adalah temuan Yunani

Sumber: Slide dari dosen.